Kamis, 09 Desember 2010

Planet baru dari galaksi lain

Planet baru dari galaksi lain
Asampogna/stock.xchng
 
Para ahli astronomi untuk pertama kalinya menemukan sebuah planet dalam Bimasakti yang berasal dari galaksi lain. Planet yang memiliki massa setidaknya 1,25 kali massa Jupiter itu, mengelilingi sebuah bintang tua yang berasal dari sebuah galaksi satelit kecil yang pecah sekira 6 hingga 9 miliar tahun lalu.

Adalah Johny Setiawan dan Rainer Klement dari Max Planck Institute of Astronomy di Heidelberg, Jerman, yang memaparkan penemuan tersebut.

Sara Seager, ilmuwan MIT yang tidak ikut ambil bagian dalam studi itu menyebutkan bahwa faktor penting dalam penemuan tersebut adalah planet dan bintang yang ditemukan di dalam Bimasakti itu berasal dari galaksi lain. "Hampir dapat dipastikan, planet itu terbentuk ketika bintang tersebut berada di galaksi lain," ujarnya.

Untuk menemukan planet luar, Johny, yang berasal dari Indonesia, dan koleganya mengamati HIP 13044 yang berjarak sekira 2.000 tahun cahaya dari bumi. HIP 13044 dan bintang-bintang lainnya di Helmi Stream berbeda dari bintang lain di lingkungan tata surya karena bintang-bintang tersebut memiliki pemanjangan orbit yang menempatkan mereka sekitar 42.000 tahun cahaya di atas dan di bawah gugus cakram Bimasakti. Orbit semacam itu menunjukkan bahwa bintang-bintang tersebut berasal dari kelompok yang terpecah dari sebuah galaksi satelit dan membentang berkat pengaruh pasang-surut gaya gravitasi.

Planet baru ini   menghadapi masalah baru. Dalam jutaan tahun mendatang, saat bintang itu menghisap habis helium di intinya, planet itu akan mengalami ekspansi lebih cepat dan lebih besar yang akan mengantarkannya pada kehancuran.

Sumber: Wired

Andromeda terbentuk karena benturan dua galaksi kecil

Andromeda terbentuk karena benturan dua galaksi kecil
NASA Images
 
Sekelompok ilmuwan berhasil melakukan simulasi yang menunjukkan bahwa galaksi Andromeda terbentuk dari benturan antara dua galaksi kecil.

Menggunakan komputer dengan kemampuan tinggi di Observatorium Astronomi Nasional China dan Observatorium Paris, tim peneliti internasional melakukan simulasi tentang bagaimana Andromeda berkembang dari waktu ke waktu. Dengan simulasi ini, peneliti menggunakan delapan juta partikel sehingga mampu memproduksi sebagian besar properti Andromeda, seperi bintang, cincin gas, dan debu. Hasilnya, dua galaksi kecil diperkirakan bertabrakan sekitar sembilan miliar tahun lalu dan kemudian membentuk Andromeda seperti saat ini.

Selama ini, banyak ilmuwan yakin Andromeda terbentuk karena sebuah benturan antara dua galaksi kecil. Sayangnya, mereka belum bisa memastikan teori ini. “Banyak astronom berpikir galaksi Andromeda merupakan hasi dari gabungan. Namun, pemikiran ini tidak pernah diuji coba dan ditentukan waktunya,” kata Francois Hammer, ketua penulis jurnal, Astrophysical Journal, yang mempublikasi simulasi tersebut.

Hammer mengatakan penelitian ini juga bisa memberi pemahaman terhadap formasi galaksi kita sendiri. “Tidak berarti Bimasakti tidak dapat terbentuk dengan cara yang sama. Mungkin saja. Tapi, mungkin terjadi jauh lebih awal,” tutur Hammer.

Andromeda adalah galaksi berbentuk spiral yang paling dekat dengan Bimasakti. Galaksi Andromeda terletak di langit utara. Namanya diambil dari rasi bintang Andromeda yang terletak di tempat galaksi ini terlihat dari bumi.

Galaksi Andromeda bisa dilihat dari bumi dengan mata telanjang dan akan tampak seperti kabut tipis di langit utara. Jika diamati dengan teropong, akan tampak bintang-bintang redup di tepiannya. Galaksi Andromeda dan Bimasakti bersama Galaksi Triangulum, dan 30 galaksi kecil lainnya tergabung dalam sekumpulan galaksi yang dikenal dengan Local Group Galaxies.

Berjarak 2,5 tahun cahaya dari rasi bintangnya, Galaksi Andromeda mendekati Bimasakti dengan kecepatan sekitar 100 km per detik. Sehingga, ilmuwan memperkirakan Galaksi Andromeda dan Bimasakti akan bertabrakan sekitar 4,5 miliar tahun lagi.

Dampak benturan ini kemungkinan akan membentuk galaksi eliptik raksasa. Namun belum diketahui bagaimana nasib bumi dan sistem tata surya kita jika terjadi benturan ini. Ada kemungkinan sistem tata surya dikeluarkan dari Bimasakti atau bergabung dengan Andromeda.

Olympus bukan yang terbesar di Mars

Olympus bukan yang terbesar di Mars
NASA
 
Gunung Olympus bukan gunung terbesar di Planet Mars, melainkan hanya bagian kecil dari Tharsis Rise.

Gunung Olympus diperkirakan memiliki luas yang setara dengan luas Arizona, salah satu negara bagian di Amerika Serikat. Namun, sekelompok tim geolog baru-baru ini mengatakan bahwa Olympus bersama beberapa gunung di sekitarnya, seperti Arsia, Pavonis, dan Ascraeus, hanyalah bagian kecil dari gunung yang lebih besar. 

Teori para geolog menyebutkan kalau seluruh wilayah gunung itulah yang dikatakan sebagai gunung terbesar di tata surya. Wilayah gunung itu sendiri dinamakan Tharsis Rise, membentang sepanjang 7.000 kilometer di Planet Mars. 

"Kalau kita melihat dalam skala yang lebih besar, Olympus hanyalah salah satu bagian dari Tharsis, sama seperti gunung-gunung lain yang jadi bagian Tharsis," kata Andrea Borgia, profesor tamu di The Open University, Inggris. 

Menggunakan model matematika, Borgia dan rekannya, John Murray, menemukan bahwa Tharsis memiliki banyak kemiripan karakteristik fisik dengan Gunung Etna di wilayah Sisilia, Italia. Tharsis dikatakan sebagai versi yang lebih besar daripada Etna. 

Sejauh ini, Borgia belum bisa membuktikan secara pasti kebenaran teorinya. Ia mengatakan, penelitian akan butuh waktu lama untuk penjelajahan robot atau manusia ke Mars. Ia mengatakan, misi Spirit dan Opportunity ke khatulistiwa Mars tidak mampu mengamati wilayah Tharsis dengan detail. Pasalnya, empat calon lokasi pendaratannya tidak ada yang cukup dekat dengan Tharsis.  

Borgia mengatakan, "Riset lapangan adalah langkah penting untuk mendemonstrasikan teori ini," kata Borgia. Ia menegaskan dengan mantap, "Jika saya diperbolehkan ke sana sekarang, saya akan berangkat saat ini juga."

Teks oleh Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com

Rabu, 08 Desember 2010

Kebijakan sederhana bikin China sukses kurangi sampah plastik

Kebijakan sederhana bikin China sukses kurangi sampah plastik
Alamislam/Fotokita.net
 
Sebuah kebijakan yang melarang toko memberikan tas plastik kepada pelanggan membuat penggunaan tas plastik menurun hingga 50 persen, setara dengan 100 miliar tas plastik.

Pada tahun 2008, pemerintah China mengeluarkan peraturan yang melarang toko-toko memberikan tas plastik secara gratis kepada pelanggan yang berbelanja. Toko harus menetapkan biaya tambahan bagi pelanggan yang tetap ingin memakai tas plastik dan mereka boleh mengambil keuntungan dari penjualan tas plastik. Hasilnya, pelanggan belajar menggunakan tas plastik bekas.

Sebuah siswa asal China melakukan penelitian tentang penggunaan plastik dan peraturan pemerintah tersebut. Sebelum Juni 2008, sebelum aturan tersebut berlaku, ia mendapati kalau pelanggan di Beijing dan Guiyang menggunakan 21 tas plastik baru setiap minggu. Setelah aturan itu dijalankan, penggunaan tas plastik menurun sebanyak 49 persen. Selain itu, ia juga mendapati kalau separuh tas plastik bekas digunakan kembali.

Pada tahun pertama setelah aturan itu berlaku, penggunaan tas plastik menurun hingga 40 miliar tas plastik. Pada tahun kedua, penurunan itu mencapai 100 miliar tas plastik. Demikian dilaporkan oleh The Guardian.

Jumlah tersebut bisa lebih besar, menurut treehugger, apabila penegakan peraturan berjalan efektif. Soalnya, masih ada beberapa toko yang memberikan tas plastik secara gratis. Selain itu, sampah plastik juga seharusnya bisa lebih dikurangi dengan kebijakan-kebijakan lain yang serupa.

Plastik merupakan sampah yang berbahaya karena sulit diurai. Penguraiannya butuh waktu ratusan hingga ribuan tahun. Plastik berbahaya bagi manusia dan hewan. Burung, ikan, paus, dan satwa lainnya bisa mati karena memakan sampah plastik. Manusia sendiri akan tergganggu kesehatannya akibat menghirup asap yang dihasilkan oleh pembakaran sampah plastik. Selain itu, makanan panas yang dibungkus plastik bisa terkontaminasi oleh berbagai bahan kimia, membuat makanan jadi beracun.

Sumber: treehugger

Konservasi hutan di Berau dapat tambahan dana

Konservasi hutan di Berau dapat tambahan dana
The Nature Conservacy
 
Konservasi hutan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mendapat tambahan dana 300.000 dolar Amerika Serikat.

Penyerahan dana oleh Bank of America tersebut merupakan bagian dari hibah 2 juta dolar Amerika Serikat untuk mendukung konservasi hutan di Indonesia, China, dan Brazil.

Proyek konservasi yang bernama Program Karbon Hutan Berau merupakan kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, serta didukung oleh masyarakat sipil dan sektor swasta. Tujuan program ini adalah mempertahankan hutan di Berau tanpa mengabaikan pembangunan di sana.

Kabupaten Berau membentang 5,4 juta hektare dengan 75 persen wilayahnya masih berupa hutan. Hal itu membuat Berau menjadi kabupaten dengan hutan terbesar di Indonesia. Selain itu, wilayah ini juga memiliki populasi orangutan terbesar di dunia. Meskipun demikian, Berau juga menghadapi ancaman besar atas kelestarian hutannya. Makanya, pengelolaan yang baik sangat diperlukan.

Program Karbon Berau menekankan konsep Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dapat diimplimentasikan dengan menjembatani jarak antara proyek emisi yang kecil dengan program nasional.

“REDD+ sebenarnya adalah mekanisme insentif kepada pengelola lahan. Sehingga mereka dapat mengelola lahannya dengan lebih baik yang berujung pada pengurangan emisi,” kata Dicky Simorangkir, Direktur Program Kehutanan TNC, Jumat (3/12).

Dana untuk melakukan konservasi itu tidak sedikit. Dengan besarnya dana yang diperlukan dan belum adanya pendanaan publik yang jelas, peran sektor swasta sangat diperlukan karena sektor ini memiliki kemampuan dan dapat menyediakan pendanaan yang berkelanjutan.

"Di Berau saja, tahap persiapan tahun depan membutuhkan dana sekitar 50 juta dolar. Pendanaan publik belum ada. Konferensi di Kopenhagen dan Cancun ada perkembangan, tapi keputusan tentang mekanisme pasti pendanaan masih jauh. Sehingga, pendanaan publik masih masih dipertanyakan,” ujar Dicky.

“Kita berharap Berau menjadi salah satu kabupaten yang dalam waktu tidak lama lagi bisa keluar dengan proyek-proyek pembangunan yang besar, jelas, dan kuat karakter bersahabat dengan alam," kata Agus Purnomo, Staff Khusus Kepresidenan tentang Perubahan Iklim.

Salju Everest tercemar arsenik

Salju Everest tercemar arsenik
Nepali Maanish/stock.xchng
 
Senyawa beracun arsenik dan kadmium ditemukan di salju Everest dalam jumlah yang lebih tinggi dari batas toleransi manusia. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Samantha Langley-Turnbaugh dari University of Southern Maine di Gorham. 

Penelitian dimulai ketika murid-murid Langley-Turnbaugh mendaki Everest pada tahun 2006, mengumpulkan sampel tanah dan salju di setiap 300 meter di ketinggian antara 5.334 meter dan 7.772 meter. 

Penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel salju mengandung arsenik dan kadmium dalam jumlah tinggi. Sementara itu, dari sampel tanah yang dikumpulkan, ia juga mendapati arsenik yang tinggi, tapi kandungan kadmium yang masih dapat ditoleransi.

"Hal ini harus jadi perhatian," kata Langley-Turnbaugh. Banyak warga di gunung menggantungkan salju yang mencair sebagai sumber air minum. "Jika salju terkontaminasi arsenik dan kadmium, itu sangat berbahaya," jelasnya.

Polutan itu juga berpotensi terhirup karena angin meniup debu dan tanah yang terkontaminasi ke udara. "Warga di Everest sering kali menggunakan ventilator sebab banyak debu," kata Langley-Turnbaugh. Angin juga menyebabkan konsentrasi arsenik dan kadmium meningkat seiring semakin tingginya tempat. Angin mengumpulkan polutan ketika membawa debu dan meletakkannya di gunung.

Salah satu faktor penyebab kontaminasi tersebut diperkirakan merupakan efek proses industri di Asia.

Langley-Turnbaugh mengakui kalau informasi tentang polusi yang terjadi di Everest sangat sedikit. Pasalnya, penelitian sulit dilakukan sebab untuk mengambil sampel sebab para peneliti harus mendakinya lebih dulu.

Teks oleh Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Plastik biologis belum tentu ramah lingkungan

Plastik biologis belum tentu ramah lingkungan
Armin Hanisch/stock.xchng
 
Plastik biologis yang terbuat dari tanaman ternyata tidak "sehijau" namanya akibat proses pembuatannya tidak ramah lingkungan.

Plastik seperti itu diakui tampak ramah lingkungan karena, selain terbuat dari tanaman, juga karena kemampuannya untuk terurai. "Tapi hanya karena mereka terbuat dari tanaman, tidak berarti mereka 'hijau'," tegas Amy Landis dari University of Pittsburgh.

Penelitian yang dilakukan Landis--terbit di Enviromental Science & Technology--melacak efek berbagai tipe plastik. Pelacakan dimulai dari bahan baku sampai terbentuknya plastik. Penelitian tersebut membagi efek plastik menjadi 10 tipe, mulai dari kanker sampai dengan pencemaran lingkungan.

Pada plastik biologi, perhitungan melibatkan konsekuensi penggunaan energi dan bahan kimia yang digunakan untuk menanam bahan baku, seperti jagung, kacang kedelai, atau tebu. Pada pembuatan plastik standar, para peneliti mengukur pengeluaran dan penggunaan minyak.

Hasilnya, para peneliti mendapati kalau proses produksi plastik biologis membutuhkan minyak lebih sedikit dibandingkan produksi plastik biasa. Efek terhadap pemanasan global pun lebih sedikit. Akan tetapi, produksi plastik biologis menyebabkan efek yang lebih besar pada eutrofikasi ganggang (pertumbuhan ganggang besar-besaran akibat terlalu banyak memperoleh asupan makanan) serta meningkatkan produksi karsinogen. Karsinogen merupakan zat yang menimbulkan kanker. "Semua itu mungkin disebabkan oleh penggunaan pupuk, pestisida, pengalihan lahan, serta proses perubahan ke plastik," jelas Landis.

Landis menegaskan kalau penelitian ini tidak bertujuan agar orang tidak lagi berpaling dari plastik biologis. "Kami ingin memberi tahu kalau ada masalah. Tapi, ada penelitian lain yang berusaha membuat plastik biologis yang tidak menggunakan jagung sebagai bahan baku," jelasnya.

Michael Griffin dari Carniege Mellon University di Pittsburgh menyetujui pendapat Landis. "Penggunaan bahan baku dari tangkai jagung, rumput, atau kayu lebih baik," katanya. Griffin menambahkan, daripada menggunakan bahan seperti jagung, lebih baik bahan baku dialihkan ke bahan selulosa yang menggunakan bahan kimia lebih sedikit pada saat produksi.

Landis mengakui ada satu hal penting yang dia tidak perhitungkan dalam penelitian ini. Ia dan timnya tidak memperhitungkan faktor daur ulang dari plastik biologis. "Jika faktor itu diperhitungkan, mungkin kondisi plastik biologis bisa lebih baik," kata Griffin

Sumber: Discovery News

Senin, 06 Desember 2010

Pangea Sang Nenek Moyang Benua



Sebenarnya apa yang dimaksud dengan teori Pangea? Teori Pangea adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa jutaan tahun yang lalu semua benua bergabung bersama dalam satu daratan besar yang disebut Pangea (sebelum akhirnya benua sekarang terdiri dari 5 buah benua).

Kemudian karena suatu alasan yang masih belum diketahui pasti, benua-benua pecah dan mulai hanyut dalam arah yang berlawanan. Teori selanjutnya mengatakan bahwa benua-benua akan terus melayang sampai mereka bertemu lagi, dalam konfigurasi yang berbeda. Di yakini oleh beberapa ahli bahwa pangea memilik karakteristik yang sama dengan Antartica sekarang.
http://bprc.osu.edu/education/rr/plate_tectonics/pangea_diagram.jpg
Teori Pangea sendiri didasari oleh teori Alfred Wegener,seorang Ilmuwan Jerman. Pada Tahun 1920 dalam buku The Origin of Continents and sea (Entstehung Die Kontinente und der Ozeane), Dia mendalilkan bahwa semua benua itu pada satu waktu membentuk satu superbenua Pangaea, sebelum kemudian putus dan hanyut ke lokasi sekarang.

Jadi benua pada jaman dahulu di ibaratkan sebuah batu apung yang bergerak karena adanya pergerakan lempeng di bagian bawah kulit bumi ini. Pangea mulai memecahkan diri nya menjadi benua (daratan) yang lebih kecil yang bernama Gondwana (membentuk daratan belahan selatan seperti amerika latin, Afrika, India, Antartika, Australia, Selandia baru, New guenea, dll) dan Laurasia (membentuk daratan belahan utara seperti Asia, Amerika dan Eropa) selama periode Jurassic (jaman dinosaurus).

http://images.astronet.ru/pubd/2000/12/19/0001162401/PangeaUltima_scotese.jpg

Sedangkan pada akhir periode Cretaceous benua benua yang ada sudah sama dengan apa yang kita lihat hari ini (5 benua). Pada saat benua Pangea terbentuk, daratan daratan yang menjadi benua sekarang memiliki daratan penghubung (jembatan benua) yang menghubungkan benua Amerika bagian selatan (latin), Afrika, India, Australia dan Antartika.

Pertanyaan nya sekarang adalah, bila kerak kulit bumi ini terus bergerak sampai hari ini, maka berapa kecepatan nya? oke, jadi begini, benua yang kita diami sekarang ini bergerak sangat lambat (dan tak bisa dirasakan oleh kita yang berdiri diatasnya), pergerakan lempeng lempeng benua ini tiap tahun nya mencapai 1.5 inchi/tahun bahkan lebih lambat dari pertumbuhan kuku jari tangan kita pertahun nya.

Dan dengan ini jelas dibutuhkan ber juta juta tahun bagi daratan benua itu untuk bergerak berjauhan dan membentuk benua yang ada sekarang.


Dan tanpa kita sadari pun sekarang benua benua kita telah "bertumbukan" dan proses nya telah berlangsung selama beberapa juta tahun, daratan Afrika telah bertumbukan dengan daratan benua Eropa. Italia, Yunani dan hampir semua kota di bagian Mediteranian merupakan bagian dari alur lempeng Afrika, dan itu telah tercatat pergerakan nya dalam 40 juta tahun terakhir (menurut data geologist).

Tanda-tanda lain pergerakan tersebut adalah Gunung Alpen Swiss dan pegunungan Pyrenees telah saling mendorong, sehingga menyebabkan gempa bumi yang terkadang menyerang wilayah bagian Yunani dan Turki. begitu pula Australia yang diramalkan kedepan nya bila diperhitungkan dengan pergerakan lempeng bumi tersebut, maka Australia akan terus bergerak ke arah Utara hingga membentur Asia Tenggara. begitu pula dengan benua lain seperti benua Amerika.

http://sillysoft.net/plugins/images/Pangea%20V.2.jpg

Awal terbentuknya Samudera besar di bumi ini juga di pengaruhi oleh Pangea. Setelah perpisahan (partisi pangea) tersebut muncullah samudera yang diperkirakan terbentuk 180-200 juta tahun yang lalu yaitu Samudera Atlantik tengah antara barat laut Afrika dan Amerika Utara serta Samudera Hindia barat daya antara Afrika dan Antartika.

Jadi sangat dimungkinkan bila ini terus terjadi, maka bumi (benua) kita ini sedang dalam proses untuk menjadi "pangea" selanjutnya, karena bukti bukti penelitian memang menunjukkan hal tersebut. Jadi kurang lebih 250 tahun lagi Bumi ini bisa jadi tak berbentuk lagi seperti sekarang ini demikian penilitian yang di lakukan pihak NASA (Pangea Ultima).

http://www.greatdreams.com/Pangea.jpg
Selain membentuk Samudera, karena teori nya dulu benua kita saling terhubung, maka saat benua ini terpecah pecah menjadi sekarang ini, juga membawa karakteristik vulkanis yang serupa, seperti terbentuknya "ring of fire" atau cincin api yang melingkar dari Peru, terus memanjang hingga ke Meksiko, sepanjang pantai timur Amerika (los angeles), Alaska, Jepang, lalu Piliphina, Indonesia, kepulauan di Pasifik, dan berakhir di Selandia baru.

Lihat ilustrasi videonya

Sumber :
eksplorasi-dunia.blogspot.com

Jumat, 03 Desember 2010

Wow, Ditemukan Planet Yang Kondisinya Mirip Sekali Dengan Bumi

Planet pertama yang bisa dihuni dalam ukuran dan kondisi yang sama dengan Bumi, telah ditemukan dalam satu sistem tata surya luar, sehingga kembali memunculkan kemungkinan adanya kehidupan di planet-planet lain, ungkap para ilmuwan.

http://i41.tinypic.com/idhao3.jpg


Planet yang belum diberi nama itu besarnya satu setengah kali Bumi dan lima kali lebih pejal, ungkap tim astronom Eropa di Observatorium Selatan Eropa di Garching, Jerman.

"Kami sudah menaksir bahwa suhu rata-rata super-Bumi ini antara 0 hingga 40 derajat Celsius, karena itu air dalam keadaan cair," kata Stephane Udry dari Observatorium Jenewa.

"Model-model memberi perkiraan bahwa planet itu kemungkinan berbatu-batu seperti Bumi kita atau ditutupi samudera." katanya kepada DPA.

Planet itu terletak di sekitar bintang yang disebut Gliese 581, sekitar 20,5 tahun cahaya dari sistem tata surya Bumi dan termasuk 100 bintang terdekat dari Matahari.

Walau planet itu lebih dekat kepada bintangnya dibandingkan dengan jarak Bumi ke Matahari, kedua planet sama mempunyai kondisi serupa karena Gliese 581, yang disebut "kurcaci merah", ukurannya lebih kecil dan lebih dingin.

Satu tahun planet tersebut sama dengan 13 hari di Bumi.

"Kurcaci-kurcaci merah, cocok untuk mencari planet-panet sejenis karena mereka memancarkan cahaya lebih sedikit, dan mereka juga punya jarak yang lebih dekat ke zona yang bisa dihuni, dibanding matahari kita," kata Xavier Bonfils dari Universitas Lisabon.

Lebih dari 200 "eksoplanets" - planet di luar tata surya Matahari, ditemukan dalam 12 tahun terakhir.�Kebanyakan adalah gas padat yang sangat besar mirip Jupiter.

Xavier Delfosse dari Universitas Grenoble di Prancis mengatakan planet temuan baru itu dapat dihuni dan pasti menjadi sasaran bagi misi luar angkasa mencari mahluk luar angkasa di masa depan.

"Air dalam bentuk cair sangat penting bagi kehidupan," katanya.�"Bagai peta harta karun, orang akan menandai planet ini dengan tanda X."

Sumber :�http://rudeboydream.blogspot.com/2009/03/next-generation-bumi-ke-2.html

Wow, Batu Yemengzhu Raksasa Yang Dapat Bercahaya Dalam Gelap

Kolektor perhiasan akan terus memburu perhiasan yang dianggapnya bernilai. Tak peduli berapa pun harga yang ditawarkan. Seperti sebuah batu mutiara yang dipamerkan di Wenchang, Provinsi Hainan, China, menarik minat penggila perhiasan di dunia.

http://solocybercity.files.wordpress.com/2010/11/mutiara-raksasa.jpg
Sebenarnya bentuk perhiasan ini tidak rumit seperti berlian, yaitu berbentuk bulat dan berukuran raksasa. Tapi siapa sangka jika harganya mencapai 2,2 miliar yuan (Rp 2,9 triliun). Harganya melampaui berlian termahal yang pernah dijual di China.
Batu perhiasan ini memiliki berat 6 ton dan tinggi sekitar 1,5 meter. Yang membuatnya unik, batu yang tersusun dari mineral flourite ini bisa bersinar hijau dalam gelap.
Mutiara Raksasa
Batu ini ditemukan di wilayah Inner Mongolia, tiga tahun lalu. Agar tidak menjadi batu yang apa adanya, tim penemu ini masih harus mengasahnya menjadi indah dan bulat seperti mutiara. Tak main-main, untuk mengubah batu ini dari bongkahan menjadi bulat, mereka butuh waktu selama tiga tahun.
Sebenarnya batu ini bukanlah satu-satunya yang ada di China. Hanya secara kebetulan, ukurannya sangat jumbo. Batu ini biasa dikenal dengan nama Yemengzhu, yang menjadi bagian dari legenda China selama bertahun-tahun.

Menurut Oddity Central, beberapa orang yakin, dengan menyentuh batu ini mereka akan mendapat keberuntungan dan kemakmuran.
Mutiara Raksasa
Yang menarik, potongan pertama Yemengzhu ditemukan di China 20 tahun yang lalu. Batu ini tidak bisa ditemukan di tempat lain, hanya ada di China. Sebelumnya, batu dengan ukuran besar juga pernah dijual tahun 2007, seharga 3,1 miliar yuan (Rp 4,1 triliun).
“Mutiara ini sangat dicari di China, terutama dengan ukuran sebesar ini. Benda ini akan memancarkan warna biru kehijauan saat gelap,” ujar salah satu penyelenggara pameran.
Flourite selama ini dikenal memancarkan warna-warna indah, sehingga mendapat julukan batu mineral paling berwarna di dunia.
Para ahli menyakini, fluorite bisa memancarkan cahaya di dalam gelap karena banyak molekul tidak murni yang menyusun strukturnya, ditambah paparan radiasi atmosfir selama bertahun-tahun.

Warna hijau sangat jarang dijumpai dibanding warna lain, dan diperkirakan terbentuk akibat adanya ion asal bumi seperti mangan.


Sumber :
solocybercity.wordpress.com

Siapakah Penyumbang Oksigen Terbesar Untuk Bumi Kita?

http://meetabied.files.wordpress.com/2009/12/oxygen_logo.jpg

Kalau jawaban kalian adalah pohon, ups maaf masih salah. Pohon adalah salah satu penyumbang oksigen, akan tetapi hanya sebesar 20% untuk bumi. Pohon berguna untuk mitigasi (mengurangi) karbondioksida yang ada di bumi.

Jadi untuk mengurangi dampak pemanasan global, tanamlah pohon agar CO2 nya dapat dimanfaatkan oleh pohon. Karena nilai wajar dari CO2 adalah 0,1% di bumi ini, tetapi tahun 2010 ini kadar CO2 di atmosfer bumi sudah mencapai 0,3%.

Jadi jawaban yang benar adalah Plankton, khususnya adalah Fitoplankton. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.

Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup.

Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.

Plankton adalah organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini.

Dengan kemampuannya berespisari menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.


Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi.

http://zonaikan.files.wordpress.com/2009/12/phytoplankton.jpg

Dierdre Toole dari Institusi Oceanografi Woods Hole (WHOI) dan David Siegel dari Universitas California, Santa Barbara (UCSB) adalah dua peneliti itu.

Penelitian yang dibiayai oleh NASA tersebut mengungkapkan ketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.

Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi.

Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya.

Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka.

http://oceanmotion.org/images/background/role-big.gif

Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara.

Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan.

Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.

Proses ini sebenarnya telah beberapa tahun dipelajari di laboratorium oleh para ilmuwan, namun proses alamiahnya baru kali ini dapat dipelajari.

Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi. Namun, untuk membuktikan hal tersebut, masih harus dilakukan penelitian lanjutan yang seksama.

Penelitian yang dilakukan di Laut Sargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa partikel DMS ini dapat terurai dengan sendirinya di udara setelah tiga sampai lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapat bertahan hingga berpuluh-puluh tahun.

Karena penguraian alamiah DMS sangat cepat, DMS tidak akan menimbulkan efek rumah kaca, tidak seperti karbondioksida.

Jadi bersyukurlah karena mereka kita masih bisa menghirup udara dengan bebas untuk kelangausngan hidup. Lalu yang terpenting dan terutama, bersyukurlah karena Tuhan mu telah menciptakan mereka.

Sumber :

Kumpulan Foto Bencana Alam, Indah Namun Mengerikan


Indah namun mengerikan, itulah yang bisa dilihat dari foto-foto berikut. Siapapun tidak ingin menemui atau mengalaminya.
 

Supercell Thunderstorm in Montana


 

Chaiten Volcano - Chana, Chile (May 2008)



Forest Fire - Dolginino, Russia (Aug. 2010)



Undersea Volcano - Coast of Tonga (March 2009)



Kliuchevskoi Volcano - (Russia Sept. 1994)



Double Cyclone - Iceland (Nov. 2006)



Flooding (from Typhoon ‘Ketsana’) - Manila, Phillippines (Sept. 2009)



Tornado - Oklahoma, United States (May 2010)



Hurricane Felix - Honduras (Sept. 2007)



Lightning Strike - New York City (2010)



Mt. Saint Helens Volcano - Washington,
United States (May 1980)



Flooding - Cedar Rapids, Iowa (June 2008)



Mount Merapi Volcano - Indonesia (Nov 2010)



Chaiten Volcano - Chana, Chile (May 2008)



Dust Storm - China (April 2001)



Lightning Storm - Roswell, New Mexico (July 2010)



Brush Fires - Sylmar, California (Sept. 2009)


 
 

Eyjafjallajokull Volcano - Iceland (April 2010)



Flooding (Tropical Storm Agatha),
Guatemala (May 2010)



Undersea Volcano - Tonga (March 2009)



Wildfires - California (Sept. 2009)



Flooding - Iowa, United States (June 2008)



Mt. Etna Volcano - Sicily, Italy (Oct. 2002)



Eyjafjallajokull Volcano - Iceland (April 2010)



Brushfires - Victoria, Australia (Feb 2009)



Tornado - Iowa, United States (June 2008)



Chaiten Volcano - Chana, Chile (May 2008)



Storm Clouds - South Dakota, United States (2009)


Sumber :
www.strov.co.cc