Kamis, 09 Desember 2010

Planet baru dari galaksi lain

Planet baru dari galaksi lain
Asampogna/stock.xchng
 
Para ahli astronomi untuk pertama kalinya menemukan sebuah planet dalam Bimasakti yang berasal dari galaksi lain. Planet yang memiliki massa setidaknya 1,25 kali massa Jupiter itu, mengelilingi sebuah bintang tua yang berasal dari sebuah galaksi satelit kecil yang pecah sekira 6 hingga 9 miliar tahun lalu.

Adalah Johny Setiawan dan Rainer Klement dari Max Planck Institute of Astronomy di Heidelberg, Jerman, yang memaparkan penemuan tersebut.

Sara Seager, ilmuwan MIT yang tidak ikut ambil bagian dalam studi itu menyebutkan bahwa faktor penting dalam penemuan tersebut adalah planet dan bintang yang ditemukan di dalam Bimasakti itu berasal dari galaksi lain. "Hampir dapat dipastikan, planet itu terbentuk ketika bintang tersebut berada di galaksi lain," ujarnya.

Untuk menemukan planet luar, Johny, yang berasal dari Indonesia, dan koleganya mengamati HIP 13044 yang berjarak sekira 2.000 tahun cahaya dari bumi. HIP 13044 dan bintang-bintang lainnya di Helmi Stream berbeda dari bintang lain di lingkungan tata surya karena bintang-bintang tersebut memiliki pemanjangan orbit yang menempatkan mereka sekitar 42.000 tahun cahaya di atas dan di bawah gugus cakram Bimasakti. Orbit semacam itu menunjukkan bahwa bintang-bintang tersebut berasal dari kelompok yang terpecah dari sebuah galaksi satelit dan membentang berkat pengaruh pasang-surut gaya gravitasi.

Planet baru ini   menghadapi masalah baru. Dalam jutaan tahun mendatang, saat bintang itu menghisap habis helium di intinya, planet itu akan mengalami ekspansi lebih cepat dan lebih besar yang akan mengantarkannya pada kehancuran.

Sumber: Wired

Andromeda terbentuk karena benturan dua galaksi kecil

Andromeda terbentuk karena benturan dua galaksi kecil
NASA Images
 
Sekelompok ilmuwan berhasil melakukan simulasi yang menunjukkan bahwa galaksi Andromeda terbentuk dari benturan antara dua galaksi kecil.

Menggunakan komputer dengan kemampuan tinggi di Observatorium Astronomi Nasional China dan Observatorium Paris, tim peneliti internasional melakukan simulasi tentang bagaimana Andromeda berkembang dari waktu ke waktu. Dengan simulasi ini, peneliti menggunakan delapan juta partikel sehingga mampu memproduksi sebagian besar properti Andromeda, seperi bintang, cincin gas, dan debu. Hasilnya, dua galaksi kecil diperkirakan bertabrakan sekitar sembilan miliar tahun lalu dan kemudian membentuk Andromeda seperti saat ini.

Selama ini, banyak ilmuwan yakin Andromeda terbentuk karena sebuah benturan antara dua galaksi kecil. Sayangnya, mereka belum bisa memastikan teori ini. “Banyak astronom berpikir galaksi Andromeda merupakan hasi dari gabungan. Namun, pemikiran ini tidak pernah diuji coba dan ditentukan waktunya,” kata Francois Hammer, ketua penulis jurnal, Astrophysical Journal, yang mempublikasi simulasi tersebut.

Hammer mengatakan penelitian ini juga bisa memberi pemahaman terhadap formasi galaksi kita sendiri. “Tidak berarti Bimasakti tidak dapat terbentuk dengan cara yang sama. Mungkin saja. Tapi, mungkin terjadi jauh lebih awal,” tutur Hammer.

Andromeda adalah galaksi berbentuk spiral yang paling dekat dengan Bimasakti. Galaksi Andromeda terletak di langit utara. Namanya diambil dari rasi bintang Andromeda yang terletak di tempat galaksi ini terlihat dari bumi.

Galaksi Andromeda bisa dilihat dari bumi dengan mata telanjang dan akan tampak seperti kabut tipis di langit utara. Jika diamati dengan teropong, akan tampak bintang-bintang redup di tepiannya. Galaksi Andromeda dan Bimasakti bersama Galaksi Triangulum, dan 30 galaksi kecil lainnya tergabung dalam sekumpulan galaksi yang dikenal dengan Local Group Galaxies.

Berjarak 2,5 tahun cahaya dari rasi bintangnya, Galaksi Andromeda mendekati Bimasakti dengan kecepatan sekitar 100 km per detik. Sehingga, ilmuwan memperkirakan Galaksi Andromeda dan Bimasakti akan bertabrakan sekitar 4,5 miliar tahun lagi.

Dampak benturan ini kemungkinan akan membentuk galaksi eliptik raksasa. Namun belum diketahui bagaimana nasib bumi dan sistem tata surya kita jika terjadi benturan ini. Ada kemungkinan sistem tata surya dikeluarkan dari Bimasakti atau bergabung dengan Andromeda.

Olympus bukan yang terbesar di Mars

Olympus bukan yang terbesar di Mars
NASA
 
Gunung Olympus bukan gunung terbesar di Planet Mars, melainkan hanya bagian kecil dari Tharsis Rise.

Gunung Olympus diperkirakan memiliki luas yang setara dengan luas Arizona, salah satu negara bagian di Amerika Serikat. Namun, sekelompok tim geolog baru-baru ini mengatakan bahwa Olympus bersama beberapa gunung di sekitarnya, seperti Arsia, Pavonis, dan Ascraeus, hanyalah bagian kecil dari gunung yang lebih besar. 

Teori para geolog menyebutkan kalau seluruh wilayah gunung itulah yang dikatakan sebagai gunung terbesar di tata surya. Wilayah gunung itu sendiri dinamakan Tharsis Rise, membentang sepanjang 7.000 kilometer di Planet Mars. 

"Kalau kita melihat dalam skala yang lebih besar, Olympus hanyalah salah satu bagian dari Tharsis, sama seperti gunung-gunung lain yang jadi bagian Tharsis," kata Andrea Borgia, profesor tamu di The Open University, Inggris. 

Menggunakan model matematika, Borgia dan rekannya, John Murray, menemukan bahwa Tharsis memiliki banyak kemiripan karakteristik fisik dengan Gunung Etna di wilayah Sisilia, Italia. Tharsis dikatakan sebagai versi yang lebih besar daripada Etna. 

Sejauh ini, Borgia belum bisa membuktikan secara pasti kebenaran teorinya. Ia mengatakan, penelitian akan butuh waktu lama untuk penjelajahan robot atau manusia ke Mars. Ia mengatakan, misi Spirit dan Opportunity ke khatulistiwa Mars tidak mampu mengamati wilayah Tharsis dengan detail. Pasalnya, empat calon lokasi pendaratannya tidak ada yang cukup dekat dengan Tharsis.  

Borgia mengatakan, "Riset lapangan adalah langkah penting untuk mendemonstrasikan teori ini," kata Borgia. Ia menegaskan dengan mantap, "Jika saya diperbolehkan ke sana sekarang, saya akan berangkat saat ini juga."

Teks oleh Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com

Rabu, 08 Desember 2010

Kebijakan sederhana bikin China sukses kurangi sampah plastik

Kebijakan sederhana bikin China sukses kurangi sampah plastik
Alamislam/Fotokita.net
 
Sebuah kebijakan yang melarang toko memberikan tas plastik kepada pelanggan membuat penggunaan tas plastik menurun hingga 50 persen, setara dengan 100 miliar tas plastik.

Pada tahun 2008, pemerintah China mengeluarkan peraturan yang melarang toko-toko memberikan tas plastik secara gratis kepada pelanggan yang berbelanja. Toko harus menetapkan biaya tambahan bagi pelanggan yang tetap ingin memakai tas plastik dan mereka boleh mengambil keuntungan dari penjualan tas plastik. Hasilnya, pelanggan belajar menggunakan tas plastik bekas.

Sebuah siswa asal China melakukan penelitian tentang penggunaan plastik dan peraturan pemerintah tersebut. Sebelum Juni 2008, sebelum aturan tersebut berlaku, ia mendapati kalau pelanggan di Beijing dan Guiyang menggunakan 21 tas plastik baru setiap minggu. Setelah aturan itu dijalankan, penggunaan tas plastik menurun sebanyak 49 persen. Selain itu, ia juga mendapati kalau separuh tas plastik bekas digunakan kembali.

Pada tahun pertama setelah aturan itu berlaku, penggunaan tas plastik menurun hingga 40 miliar tas plastik. Pada tahun kedua, penurunan itu mencapai 100 miliar tas plastik. Demikian dilaporkan oleh The Guardian.

Jumlah tersebut bisa lebih besar, menurut treehugger, apabila penegakan peraturan berjalan efektif. Soalnya, masih ada beberapa toko yang memberikan tas plastik secara gratis. Selain itu, sampah plastik juga seharusnya bisa lebih dikurangi dengan kebijakan-kebijakan lain yang serupa.

Plastik merupakan sampah yang berbahaya karena sulit diurai. Penguraiannya butuh waktu ratusan hingga ribuan tahun. Plastik berbahaya bagi manusia dan hewan. Burung, ikan, paus, dan satwa lainnya bisa mati karena memakan sampah plastik. Manusia sendiri akan tergganggu kesehatannya akibat menghirup asap yang dihasilkan oleh pembakaran sampah plastik. Selain itu, makanan panas yang dibungkus plastik bisa terkontaminasi oleh berbagai bahan kimia, membuat makanan jadi beracun.

Sumber: treehugger

Konservasi hutan di Berau dapat tambahan dana

Konservasi hutan di Berau dapat tambahan dana
The Nature Conservacy
 
Konservasi hutan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mendapat tambahan dana 300.000 dolar Amerika Serikat.

Penyerahan dana oleh Bank of America tersebut merupakan bagian dari hibah 2 juta dolar Amerika Serikat untuk mendukung konservasi hutan di Indonesia, China, dan Brazil.

Proyek konservasi yang bernama Program Karbon Hutan Berau merupakan kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, serta didukung oleh masyarakat sipil dan sektor swasta. Tujuan program ini adalah mempertahankan hutan di Berau tanpa mengabaikan pembangunan di sana.

Kabupaten Berau membentang 5,4 juta hektare dengan 75 persen wilayahnya masih berupa hutan. Hal itu membuat Berau menjadi kabupaten dengan hutan terbesar di Indonesia. Selain itu, wilayah ini juga memiliki populasi orangutan terbesar di dunia. Meskipun demikian, Berau juga menghadapi ancaman besar atas kelestarian hutannya. Makanya, pengelolaan yang baik sangat diperlukan.

Program Karbon Berau menekankan konsep Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dapat diimplimentasikan dengan menjembatani jarak antara proyek emisi yang kecil dengan program nasional.

“REDD+ sebenarnya adalah mekanisme insentif kepada pengelola lahan. Sehingga mereka dapat mengelola lahannya dengan lebih baik yang berujung pada pengurangan emisi,” kata Dicky Simorangkir, Direktur Program Kehutanan TNC, Jumat (3/12).

Dana untuk melakukan konservasi itu tidak sedikit. Dengan besarnya dana yang diperlukan dan belum adanya pendanaan publik yang jelas, peran sektor swasta sangat diperlukan karena sektor ini memiliki kemampuan dan dapat menyediakan pendanaan yang berkelanjutan.

"Di Berau saja, tahap persiapan tahun depan membutuhkan dana sekitar 50 juta dolar. Pendanaan publik belum ada. Konferensi di Kopenhagen dan Cancun ada perkembangan, tapi keputusan tentang mekanisme pasti pendanaan masih jauh. Sehingga, pendanaan publik masih masih dipertanyakan,” ujar Dicky.

“Kita berharap Berau menjadi salah satu kabupaten yang dalam waktu tidak lama lagi bisa keluar dengan proyek-proyek pembangunan yang besar, jelas, dan kuat karakter bersahabat dengan alam," kata Agus Purnomo, Staff Khusus Kepresidenan tentang Perubahan Iklim.

Salju Everest tercemar arsenik

Salju Everest tercemar arsenik
Nepali Maanish/stock.xchng
 
Senyawa beracun arsenik dan kadmium ditemukan di salju Everest dalam jumlah yang lebih tinggi dari batas toleransi manusia. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Samantha Langley-Turnbaugh dari University of Southern Maine di Gorham. 

Penelitian dimulai ketika murid-murid Langley-Turnbaugh mendaki Everest pada tahun 2006, mengumpulkan sampel tanah dan salju di setiap 300 meter di ketinggian antara 5.334 meter dan 7.772 meter. 

Penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel salju mengandung arsenik dan kadmium dalam jumlah tinggi. Sementara itu, dari sampel tanah yang dikumpulkan, ia juga mendapati arsenik yang tinggi, tapi kandungan kadmium yang masih dapat ditoleransi.

"Hal ini harus jadi perhatian," kata Langley-Turnbaugh. Banyak warga di gunung menggantungkan salju yang mencair sebagai sumber air minum. "Jika salju terkontaminasi arsenik dan kadmium, itu sangat berbahaya," jelasnya.

Polutan itu juga berpotensi terhirup karena angin meniup debu dan tanah yang terkontaminasi ke udara. "Warga di Everest sering kali menggunakan ventilator sebab banyak debu," kata Langley-Turnbaugh. Angin juga menyebabkan konsentrasi arsenik dan kadmium meningkat seiring semakin tingginya tempat. Angin mengumpulkan polutan ketika membawa debu dan meletakkannya di gunung.

Salah satu faktor penyebab kontaminasi tersebut diperkirakan merupakan efek proses industri di Asia.

Langley-Turnbaugh mengakui kalau informasi tentang polusi yang terjadi di Everest sangat sedikit. Pasalnya, penelitian sulit dilakukan sebab untuk mengambil sampel sebab para peneliti harus mendakinya lebih dulu.

Teks oleh Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com
Sumber: Kompas.com